widgeo.net

Laman

Sabtu, 09 Juli 2016

Disaster At Tenerife

Musibah Tenerife terjadi pada tanggal 27 Maret 1977 pukul 17:06 waktu setempat (juga GMT), ketika dua Boeing 747 bertabrakan di Bandar Udara Internasional Los Rodeos di Tenerife, Kepulauan Canary, menewaskan 583 orang. Kecelakaan ini masih merupakan peringkat tertinggi kehilangan nyawa manusia dalam sejarah penerbangan.

Saat itu PAN AM penerbangan 1736 Boeing 747-100 dan KLM Royal Dutch Airlines penerbangan 4805 Boeing 747-200B Dialihkan ke Bandar Udara Los Rodeos Tenerife

Taxi dan persiapan lepas landas
Mengikuti instruksi menara, KLM dibersihkan untuk taksi panjang penuh landasan pacu dan membuat 180 ° berubah untuk masuk ke posisi lepas landas. [15] Sementara KLM itu backtaxiing di landasan pacu, controller bertanya awak pesawat melaporkan saat itu siap untuk menyalin clearance ATC. Karena awak pesawat sedang melakukan checklist, menyalin izin ini ditunda sampai pesawat berada di posisi lepas landas dari Runway 30. [16]
Tak lama kemudian, Pan Am diperintahkan untuk mengikuti KLM di landasan yang sama, keluar dengan mengambil keluar ketiga di sebelah kiri mereka dan kemudian menggunakan taxiway paralel. Awalnya, awak tidak jelas apakah controller telah memberitahu mereka untuk mengambil jalan keluar pertama atau ketiga. kru meminta klarifikasi dan controller merespon tegas dengan membalas: "Yang ketiga, Pak, satu, dua, tiga, ketiga, sepertiga". Awak mulai taksi dan melanjutkan untuk mengidentifikasi taxiway ditandai menggunakan diagram bandara ketika mereka mencapai mereka. [17]
Para kru berhasil diidentifikasi pertama dua taxiway (C-1 dan C-2), tapi diskusi mereka di kokpit tidak pernah mengindikasikan bahwa mereka telah terlihat pada taxiway ketiga (C-3), yang mereka telah diperintahkan untuk menggunakan. [18]Tidak ada tanda-tanda atau tanda-tanda untuk mengidentifikasi keluar landasan pacu dan mereka dalam kondisi visibilitas miskin. Pan Am kru tampaknya tetap yakin posisi mereka di landasan sampai tabrakan, yang terjadi di dekat persimpangan dengan taxiway keempat (C-4). [19]
Sudut taxiway ketiga akan diperlukan pesawat untuk melakukan pergantian sekitar 148 °, yang akan mengarah kembali menuju apron utama masih ramai.Pada akhir C-3, Pan Am harus membuat yang lain 148 ° gilirannya untuk melanjutkan taxi menuju awal landasan pacu. Taxiway C-4 akan diperlukan dua 35 ° bergantian. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Jalur Pilot Air (ALPA) setelah kecelakaan menyimpulkan bahwa membuat kedua 148 ° gilirannya pada akhir taxiway C-3 akan "sebuah kemustahilan praktis". [20] perhitungan kinerja selanjutnya dan tes taksi dengan Boeing 747 mematikan di persimpangan sebanding dengan C-3 di Tenerife, sebagai bagian dari penyelidikan Belanda, menunjukkan bahwa kemungkinan besar belokan bisa saja dibuat. Laporan resmi dari pihak berwenang Spanyol menjelaskan bahwa controller menginstruksikan pesawat Pan Am untuk menggunakan taxiway ketiga karena ini adalah jalan keluar yang paling awal bahwa mereka bisa ambil untuk mencapai bagian terhalang taxiway paralel

Pilot KLM kapten Jacob Veldhuyen Van Zanten telah membuat kesalahan komunikasi
pada saat itu kapten van zanten setelah memutar 180 derajat van zanten langsung menambah power tetapi kopilot Klass Meurss Mengingatkan bahwa belum ada izin dari menara control van zanten menjawab tidak aku tahu coba silakan minta!
ini transcipt dari KLM ATC dan PAN AM

V=Van Zanten
K=Klass Meurss
W=Enginer Willem
VP=Victor Grubss
R=Robert Bragg
G=George W
ATC=Air Traffic Controler

K:WAIT THE MINUTE WE DONT HAVE AN ATC CLEARENCE
V:I KNOW THAT GO AHEAD ASK
V:KLM 4805 WE ARE NOW READY FOR TAKE OFF AND WAIT FORM ATC CLEARENCE
ATC:KLM 4805 YOU ARE CLEARED TO PAPA BEACON CLIMB AND MAINTAIN FLIGHT LEVEL 090 RIGHT TURN AFTER TAKE OFF TURN RIGHT HEADING 040 UNTIL INTERCEPTING THE THREE TWO FIVE RADIAL FROM LAS PAMAS VOR
V:YESSSS!!!
K:AH ROGER SIR WE ARE CLEARED TO PAPA BEACON CLIMBFLIGHT LEVEL 90 INTERCEPTING THREE TWO FIVE WE
V:WERE GOING LETS GO CHEECK THRUST
K:THREE TWO FIVE WE ARE NOW AT TAKE OFF
VP:NO!!!
ATC:STAND BY FOR TAKE OFF I WILL CALL YOU
R:AND WERE STILL TAXING DOWN IN THE RUNWAY THE CLIPPER 1736
ATC:PAPA ALPHA 1736 REPORT RUNWAY CLEAR
VP:OKAY WE REPORT RUNWAY CLEAR
ATC:THANK YOU
W:ITS NOT CLEARED THAN
V:WHAT DO YOU SAY?
W:IS NOT CLEARED IS PAN AMERICAN?
V:OHH YESS (EMPHATIC)
VP:I THINK ITS MOVING
R:YEAH ITS MOVING
VP:I THINK ITS MOVING
R:YEAH ITS MOVING
VP:THERE HE IS GODAMM THAT SON OF BITCH IS COMING SEEN AT US
R:GET OFF GET OFF GET OFF GET OFF GET OFF GET OFF
V:GODDAMINT OH SHIT

(SOUND COLLISION)

tragedi Boeing 777-200ER penerbangan 370

adalah penerbangan komersil dari kuala lumpur ke beijing menggunakan pesawat Boeing 777-200ER MH370 yang hilang kontak pada tanggal 8 maret 2014 pukul 01:22 waktu Malaysia pesawat sedang crusing altuditute mejelajah ketinggian 35.000 kaki di atas permukaan laut

 Pesat Malaysia yang hilang 9M-MRO

Kronologi

Durasi (HH:MM)WaktuPeristiwa
MYTUTC
00:0000:4116:41Lepas landas dari Kuala Lumpur
00:2001:0117:01MH370 mengonfirmasi ketinggian 35,000 feet (11,000 m)[28]
00:2601:0717:07Transmisi data ACARS terakhir diterima;[29] MH370 mengonfirmasi ulang ketinggian 35.000 kaki[28]
00:3801:1917:19Kontak suara terakhir dengan ATC Malaysia[27]
00:4001:2117:21Kontak radar sekunder (transponder) terakhir di 6°55′15″LU 103°34′43″BT / 6,92083°LU 103,57861°BT / 6.92083; 103.57861
00:4101:2217:22Transponder dan ADS-B mati
00:4901:3017:30Kontak suara dari pesawat lain gagal, suara tidak jelas/statis[22]
00:5601:3717:37Transmisi data ACARS berhenti (dikirim setiap setengah jam)[29]
01:3002:1118:11Kontak otomatis ACARS pertama dari tujuh kontak dengan satelit 3F1 Inmarsat (dikirim setiap jam)
01:3402:1518:15Kontak radar primer terakhir dengan militer Malaysia, 200 miles (320 km) di barat laut Penang
05:4906:3022:30Melewati waktu kedatangan yang dijadwalkan di Beijing
07:3008:1100:11Kontak otomatis ACARS terakhir dengan satelit Inmarsat[30][31]
07:4908:3000:30Dilaporkan hilang[32]

Selasa, 08 September 2015

Tragedi penerbangan Amerika serikat 2001

SERANGAN 11 SEPTEMBER 2001  

AMERICAN AIRLINES PENERBANGAN 11

N334AA BOEING 767-200 AIRCRAFT

 
American Airlines Penerbangan 11 adalah sebuah penerbangan lintas benua terjadwal setiap pagi oleh maskapai penerbangan American Airlines dari Bandar Udara Internasional Logan di Boston, Massachusetts, ke Bandar Udara Internasional Los Angeles, di Los Angeles, California. Pada Selasa, 11 September 2001, pesawat yang terbang di rute ini—sebuah Boeing 767-223ERdibajak oleh lima teroris al-Qaeda, dan ditabrakkan dengan sengaja ke Menara Utara World Trade Center di New York City, sebagai bagian dari serangan 11 September.
Lima belas menit setelah terbang, para pembajak melukai sedikitnya tiga orang, memaksa masuk kokpit, mengambil alih tugas pilot dan first officer. Mohamed Atta, seorang anggota al-Qaeda dan pilot terlatih, mengambil alih kontrol pesawat. Pengawas lalu lintas udara mengetahui pesawat ini mengalami masalah ketika awaknya berhenti merespon kepada mereka. Mereka menyadari pesawat ini dibajak ketika Atta salah mengirim pengumuman untuk penumpang kepada pihak pengawas lalu lintas udara. Di pesawat, Amy Sweeney dan Betty Ong menghubungi American Airlines, dan memberikan informasi mengenai pembajak dan luka-luka yang dialami penumpang dan awak pesawat.
Pesawat menabrak Menara Utara World Trade Center pukul 08:46 waktu setempat; tabrakan ini menewaskan ke-92 orang di pesawat, termasuk para pembajaknya, ditambah jumlah orang yang tidak diketahui di zona tabrakan gedung. Banyak orang di jalanan menyaksikan tabrakan tersebut, dan Naudet bersaudara merekam tabrakan tersebut, sebagaimana Pavel Hlava, bersama reporter berita Fox 8 Mark Burnback. Wolfgang Staehle memiliki webcam yang merekam tabrakan melalui serangkaian foto. Sebelum pembajakan ini dikonfirmasi kebenarannya, berbagai kantor berita mulai melaporkan insiden ini dan menduga tabrakan ini hanya kecelakaan. Dampak dan kebakaran yang tidak berhenti mengakibatkan Menara Utara runtuh, yang menewaskan dan melukai ribuan orang. Selama upaya pencarian di lahan World Trade Center, para pekerja menemukan dan mengidentifikasi lusinan sisa-sisa tubuh korban Penerbangan 11, namun banyak bagian tubuh lainnya yang tidak dapat diidentifikasi.


UNITED AIRLINES PENERBANGAN 175

 
UNITED AIRLINES 767-200

United Airlines Penerbangan 11 adalah sebuah penerbangan lintas benua terjadwal setiap pagi oleh maskapai penerbangan United Airlines dari Bandar Udara Internasional Logan di Boston, Massachusetts, ke Bandar Udara Internasional Los Angeles, di Los Angeles, California. Pada Selasa, 11 September 2001, pesawat yang terbang di rute ini—sebuah Boeing 767-222—dibajak oleh lima teroris al-Qaeda, dan ditabrakkan dengan sengaja ke Menara Selatan World Trade Center di New York City, sebagai bagian dari serangan 11 September.
Sekitar 30 menit setelah terbang, para pembajak memaksa masuk kokpit, dan mengambil alih tugas pilot dan first officer, sehingga memungkinkan pemimpin pembajak sekaligus pilot terlatih Marwan al-Shehhi mengambil alih kontrol pesawat. Transponder pesawat dimatikan dan penerbangan dialihkan dari jalur terbang awal selama empat menit, sebelum pengawas lalu lintas udara mengetahuinya pukul 08:51. Mereka melakukan usaha-usaha gagal untuk menghubungi kokpit. Beberapa penumpang dan awak pesawat melakukan panggilan telepon dari pesawat dan memberikan informasi mengenai pembajak dan luka-luka yang dialami penumpang dan awak pesawat.
Boeing 767 yang beroperasi sebagai Penerbangan 175 menabrak Menara Selatan World Trade Center pukul 09:03, menewaskan ke-65 orang di pesawat, termasuk para pembajaknya. Pembajakan Penerbangan 175 dikoordinasi bersama American Airlines Penerbangan 11, yang menabrak puncak Menara Utara 17 menit sebelumnya. Tabrakan Penerbangan 175 ke Menara Selatan adalah satu-satunya tabrakan yang dilihat langsung di siaran televisi seluruh dunia. Karena kehilangan Penerbangan 175 itulah dunia sadar bahwa tabrakan kedua pesawat di World Trade Center adalah disengaja. Dampak dan kebakaran yang tidak berhenti mengakibatkan Menara Selatan runtuh 56 menit setelah ditabrak, yang menewaskan dan melukai ratusan orang. Selama upaya pencarian di lahan World Trade Center, para pekerja menemukan dan mengidentifikasi lusinan sisa-sisa tubuh korban Penerbangan 11, namun banyak bagian tubuh lainnya yang tidak dapat diidentifikasi. Di antara korban jiwa, selain warga Amerika Serikat, tercatat pula penumpang berkewarganegaraan Israel, Britania Raya, Jerman, Indonesia, El Salvador, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Nepal.

AMERICAN AIRLINES PENERBANGAN 77


BOEING 757-200 AMERICAN AIRLINES

 
Jalur penerbangan AA 77 dari Dulles ke Arlington
Penerbangan 77 maskapai American Airlines adalah sebuah penerbangan rutin dari Bandara Internasional Washington Dulles di Fairfax dan Loudoun Counties, Virginia, dekat Washington, D.C., menuju ke Bandara Internasional Los Angeles di Los Angeles, California. Pada 11 September 2001, pesawat Boeing 757-223, N644AA, ini dibajak sebagai bagian dari rangkaian Serangan 11 September 2001.
Para pembajak dilaporkan bernama Khalid al-Mihdhar, Majed Moqed, Nawaf al-Hazmi, Salem al-Hazmi, dan Hani Hanjour sang pilot bunuh diri.

Kronologi

Pada pukul 9:37 waktu setempat, pesawat ini ditabrakkan ke gedung Pentagon, markas besar Tentara Amerika Serikat dan menewaskan semua yang berada di pesawat: 6 awak dan 58 penumpang termasuk para pembajak. Di darat, mereka menewaskan 125 karyawan dan tamu The Pentagon.

Kontroversi

Beberapa kalangan membantah bahwa peristiwa tabrakan Penerbangan 77 milik American Airlines pernah terjadi. Mereka berpendapat bahwa yang meledak di Pentagon adalah bom biasa dan peristiwa ini didalangi oleh pemerintah Amerika Serikat sendiri atau oknum-oknum tertentu.
Atau paling tidak yang menabrak bukanlah pesawat Boeing melainkan mungkin pesawat kecil saja.

UNITED AIRLINES PENERBANGAN 93
United Airlines Penerbangan 93
Lokasi jatuhnya Penerbangan 93.
Ringkasan peristiwa
Tanggal 11 September 2001
Ringkasan Pembajakan mengakibatkan jatunya pesawat
Lokasi Shanksville, Pennsylvania
Awak 7
Korban tewas 44
Selamat 0
Jenis pesawat Boeing 757-222
Operator United Airlines
Registrasi N591UA
Asal Bandara Internasional Newark
Perhentian Bandara Internasional San Francisco
Tujuan Bandara Internasional Narita, Tokyo, Japan
United Airlines Penerbangan 93 dijadwalkan terbang dari Bandara Internasional Newark (sekarang Bandara Internasional Liberty Newark) di Newark, New Jersey, ke Bandara Internasional San Francisco, lalu menuju Bandara Internasional Narita dekat Tokyo, Japan, dengan menggunakan pesawat lain. Pada 11 September 2001, the United Airlines Boeing 757-222, terdaftar N591UA,[1] adalah satu dari 4 pesawat yang dibajak pembajakan yang merupakan bagian dari 11 September, 2001 serangan teroris. Kecuali pesawat ini tidak sampai ketujuan seperti 3 pesawat lainnya, melainkan jatuh di Shanksville, Pennsylvania, sekitar 150 mil (240 km) Baratdaya Washington, D.C. 9/11 Commission (melalui penyelidikan, rekaman telepon penumpang, dan rekaman pesawat) mengatakan bahwa kru dan penumpang, menghubungi semua orang yang mereka cintai, bahwa mereka akan mencoba melawan para pembajak. Komisi menyimpulkan bahwa teroris menabrakan pesawat agar para kru dan penumpang tidak mengambil alih pesawat.

Penumpang

Pembajak

Para pembajak adalah sebagi berikut:[2]
Dari semuanya, Ahmed al-Haznawi adalah satu-satunya pembajak yang terlihat di United Airlines Flight 93 CAPPS. Tasnya dicek, tetapi tanpa pemeriksaan ekstra dari CAPPS.[3]
3 pesawat lainnya yang dibajak pada 11 September 2001 masing-masing dibajak oleh 5 orang. Tetapi United 93 hanya 4. Hal ini membuat spekulasi tentang Pembajak ke 20 yang kemungkinan tidak ikut dalam peristiwa 11 September.

Penerbangan

UA93 flight path
UA93 altitude profile
Pesawat 757-222 sedang dalam rute pagi dari Bandara Internasional Newark International (sekarang Newark Liberty International Airport) di Newark, New Jersey, dekat New York City, menuju Bandara Internasional San Francisco di San Francisco, California (EWR-SFO). Mempunyai 182 tetapi hanya mengangkut 37 penumpang (termasuk 4 pembajak) dan 7 awak pesawat: 2 pilot, Kapten Jason M. Dahl dan Co-pilot, LeRoy Homer Jr.; dan 5 pramugari. Karena ada penumpang yang menggunakan 2 tempat duduk, perhitungan pertama menyebutkan ada 38 penumpang. Ke 4 pembajak duduk di First Class.
Pesawat dijadwalkan berangkat pada pukul 8 pagi (waktu setempat). Tetapi baru terbang jam 8:42, karena cuaca yang buruk.[4] Bila pesawat berangkat tepat waktu, akan membuat pesawat itu dibajak pada waktu yang bersamaan seperti 4 pesawat lainnya dan dapat membuat penumpang tidak dapat merencanakan penyerangan terhadap para pembajak.[1] Jam 9:24, mendapat pesan dari flight dispatch "Terhadap semua awak pesawat. Ada 2 pesawat menabrak World Trade Center". Jam 9:24 pilot menanyakan kebenaran pengumuman yang baru saja diterimanya. Dan itu menjadi percakapan terakhir dari United 93.
Jam 9:28. Setelah kedua menara World Trade Center telah ditabrak, pusat air traffic controller Cleveland mendengar teriakan pilot Jason Dahl "KELUAR DARI SINI!", serta bunyi rusuh dan teriakan dari dalam kokpit.[1] 40 detik kemudian, lebih banyak teriakan terdengar. Pada waktu itu pesawat turun 700 kaki (200 m). Petugas Air traffic mencoba mengontak pilot. Tapi tak mendapat balasan.
Dari rekaman suara kokpit, yang berdurasi 30 menit, yang dimulai pada 9:32.[1] seorang laki-laki dengan aksen arab, mengirimkan pesan ke air traffic control: "Para Penumpang, Kapten disini, tetaplah duduk ditempat masing-masing. Kita memiliki bom di pesawat. Duduklah.." (Tampaknya pembajak berusaha menyiarkannya di pesawat, tapi tidak sadar bahwa pesannya dikirim ke air traffic control). Pesawat memutar arah dan mulai terbang pada ketinggian yang rendah ke arah timur. Jam 9:39, petugas air traffic kembali mendengar pesan, "Hi. Kapten disini. Saya mengharapkan kalian semua tetap duduk dengan tenang. Ada bom di pesawar dan kita akan kembali ke Bandara, dan untuk mencapai tujuan kami... [REKAMAN TIDAK DAPAT TERDENGAR/TERPOTONG]. Jadi, tetaplah tenang."

Panggilan Telepon

Hampir seluruh rangkaian kejadian disusun berdasarkan rekaman telepon para penumpang dan awak pesawat. Dimulai pada jam 9:32, 50 menit setelah pesawat lepas landas, para penumpang dan awak pesawat mulai menelpon.[5] Hal ini dimulai ketika pembajak membuat pengumuman diatas [5] Para pembajak tidak menyadari bahwa para penumpang mulai menelpon.[5]
10 penumpang dan 2 awak pesawat berhasil melakukan panggilan telepon, mereka bertukar informasi kepada keluarga mereka, teman, dan orang-orang didarat.[5] Hal ini yang membuat perbedaan dengan 3 pesawat lainnya, dimana hanya sedikit panggilan telepon yang terjadi. Semua penelpon mengabarkan bahwa ada 3 pembajak di pesawat.
Di kabin penumpang, para pembajak yang mengenakan bandana merah melihat para penumpang dan awak berkumpul di belakang pesawat.
 

Jumat, 06 Maret 2015

DC-9 WOYLA GARUDA INDONESIA AIRWAYS

Garuda Indonesia Penerbangan 206 atau juga dikenal dengan sebutan Peristiwa Woyla adalah sebuah penerbangan maskapaiGaruda Indonesia dari pelabuhan udara sipil TalangbetutuPalembang ke Bandara PoloniaMedan yang mengalami insidenpembajakan pesawat pada 28 Maret 1981 oleh lima orang teroris yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein, dan mengidentifikasi diri sebagai anggota kelompok Islam ekstremis "Komando Jihad". Penerbangan dengan pesawat DC-9 Woyla tersebut berangkat dari Jakarta pada pukul 08.00 pagitransit di Palembang, dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan sampai pada pukul 10.55. Dalam penerbangan, pesawat tersebut tiba-tiba dibajak oleh lima orang teroris Komando Jihad yang menyamar sebagai penumpang. Setelah mendarat sementara untuk mengisi bahan bakar di Bandara PenangMalaysia, akhirnya pesawat tersebut terbang dan mengalami drama puncaknya di Bandara Don Mueang di BangkokMuang Thai tanggal 31 Maret.
Imran bin Muhammad Zein, pemimpin sel kelompok Komando Jihad yang melakukan peristiwa teror ini menuntut agar para rekannya yang ditahan pasca Peristiwa Cicendo di BandungJawa Barat, supaya dibebaskan. Dalam Peristiwa Cicendo, 14 anggota Komando Jihad membunuh empat anggota polisi di Kosekta 65 pada 11 Maret 1981 dini hari. Usai peristiwa itu, sejumlah anggota Komando Jihad ditahan dan terancam hukuman mati.[1]
Peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla ini menjadi peristiwa terorisme bermotif "jihad" pertama yang menimpaIndonesia dan satu-satunya dalam sejarah maskapai penerbangan Indonesia.
Tanggal28 Maret 1981
RingkasanPembajakan
LokasiUdara Indonesia
Penumpang57
Cedera2
Korban tewas6 (4 pembajak, 1 kommando, dan pilot)
Selamat57
Jenis pesawatMcDonnell Douglas DC-9-32
Nama pesawat"Woyla"
OperatorGaruda Indonesia
RegistrasiPK-GNJ
AsalBandara Talang Betutu,Palembang Indonesia
TujuanBandara Internasional PoloniaMedan Indonesia
LokasiBendera Indonesia Pelud Sipil Talang Betutu,PalembangIndonesia (awal)
Bendera Thailand Bandara Don Mueang,BangkokKerajaan Thai (akhir)
TanggalSabtu, 28 Maret 1981
10.10 WIB – Selasa, 31 Maret 19812.45 WIB (UTC+7)
TargetPesawat DC-9 Garuda IndonesiaPenerbangan 206 Rute Jakarta -Medan
Jenis seranganPembajakan pesawat
Korban tewas5 (Anggota Komando, Pilot, 3 Teroris)
PelakuLima orang teroris anggotaKomando Jihad, dipimpin Imran bin Muhammad Zein
Pembajakan bermula saat pesawat yang dikemudikan Kapten Herman Rante baru saja terbang dari Pelud Sipil Talang Betutu,Palembang seusai transit untuk menuju Bandara PoloniaMedan. Setelah lepas landas, dua penumpang bangkit dari tempat duduk mereka, satu menuju ke kokpit dan menodongkan senjata. Satu lagi berdiri di gang antara tempat-duduk pesawat. Pada pukul 10.10 pesawat tersebut dikuasai oleh lima pembajak, semuanya bersenjata api. Pembajak di kokpit memerintahkan pilot untuk terbang keKolomboSri Lanka, namun pilot berkata bahwa pesawat tersebut tidak memiliki cukup bahan bakar pesawat. Pesawat dialihkan kePenangMalaysia, untuk pengisian bahan bakar sebelum kemudian terbang lagi ke Thailand atas paksaan teroris dan penerimaaan pemerintah Thailand untuk mengizinkan pesawat tersebut mendarat di wilayahnya. Drama pembajakan pesawat Garuda DC-9Woyla tersebut berlangsung empat hari di Bandara Don Mueang Bangkok dan berakhir pada tanggal 31 Maret setelah serbuan kilatGrup-1 Para-Komando yang dipimpin Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan. Pilot pesawat Garuda, Kapten Herman Rante, danAchmad Kirang, salah satu anggota satuan Para-Komando Kopassandha, meninggal dalam baku tembak yang berlangsung selama operasi kilat pembebasan pesawat tersebut.
Para teroris mengaku berasal dari kelompok Islam ekstremis bernama Komando Jihad. Pada saat terjadinya peristiwa ini, pasukan komando Indonesia belum memiliki pengalaman dalam menangani peristiwa terorisme pembajakan pesawat. Kelompok khusus militer Indonesia yang baru dibentuk saat itu,Kopassandha (Nama satuan Kopassus saat itu), meminjam sebuah pesawat DC-9 untuk mempelajari situasi.
DC-9 Woyla meninggalkan Malaysia setelah mengisi bahan bakar, menuju ke Bandara Don MueangThailand. Seorang penumpang wanita lanjut usia diperbolehkan turun di Malaysia oleh para teroris. Para teroris kemudian membacakan tuntutan mereka, yaitu agar anggota Komando Jihad yang ditahan di Indonesia segera dibebaskan, dan uang sejumlah US$ 1,5 juta. Mereka juga meminta pesawat untuk pembebasan tahanan dan untuk terbang ke tujuan yang dirahasiakan. Mereka mengancam telah memasang bom di pesawat Woyla dan tidak segan untuk meledakkan diri bersama pesawat tersebut.
Operasi pembebasan pesawat DC-9 dikenal dengan sebutan Operasi Woyla yang dimulai sehari setelah tersiarnya kabar pembajakan tersebut. Pada pukul 21.00, 29 Maret, 35 anggota Kopassandha meninggalkan Indonesia dalam sebuah DC-10, mengenakan pakaian sipil. Pemimpin CIA di Thailand menawarkan pinjaman jaket anti peluru, namun ditolak karena pasukan Kopassandha Indonesia telah membawa perlengkapan mereka sendiri dari Jakarta.
Pukul 02.30 tanggal 31 Maret, prajurit bersenjata mendekati pesawat secara diam-diam. Mereka merencanakan agar Tim Merah dan Tim Biru memanjat ke sayap pesawat dan menunggu di pintu samping. Semua jendela pesawat telah ditutup. Tim Hijau akan masuk lewat pintu belakang. Semua tim akan masuk ketika kode diberikan. Pada pukul 02.43, Tim Thailand ikut bergerak ke landasan, menunggu di landasan agar tidak ada teroris yang lolos. Kode untuk masuk diberikan, ketiga tim masuk, dengan Tim Hijau terlebih dahulu, mereka berpapasan dengan seorang teroris yang berjaga di pintu belakang. Teroris tersebut menembak dan mengenai Achmad Kirang, salah seorang anggota Tim Hijau di bagian bawah perut yang tidak terlindungi. Teroris tersebut kemudian ditembak dan tewas di tempat. Tim Biru dan Tim Merah masuk, menembak dua teroris lain, sementara penumpang menunduk. Para penumpang kemudian disuruh keluar. Seorang teroris dengan granat tangan tiba-tiba keluar dan mencoba melemparkannya tetapi gagal meledak. Lalu anggota tim menembak dan melukainya sebelum dia sempat keluar. Teroris terakhir dinetralisir di luar pesawat. Imran bin Muhammad Zein selamat dalam peristiwa baku tembak tersebut dan ditangkap oleh Satuan Para Komando Kopassandha.
Tim medis kemudian datang untuk menyelamatkan pilot pesawat DC-9 Woyla, Kapten Herman Rante, yang ditembak salah satu teroris dalam serangan tersebut. Namun Kapten Herman Rante meninggal di Rumah Sakit di Bangkok beberapa hari setelah kejadian tersebut. Kedua korban peristiwa terorisme ini kemudian dimakamkan di TMP Kalibata.
Operasi kontra terorisme ini dilakukan oleh Grup-1 Para-Komando dibawah pimpinan Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan yang kemudian beserta tim-nya dianugerahi Bintang Sakti dan dinaikkan pangkatnya satu tingkat, kecuali Achmad Kirang yang gugur di dalam operasi terebut dinaikkan pangkatnya dua tingkat secara anumerta.
Tanggal1 April 1981
LokasiBandar Udara Internasional Don MueangBangkokMuangthai
HasilKemenangan Kopassus dan RTAF
Pihak yang terlibat
Bendera Indonesia ABRI (Kopassus)
Bendera Thailand Komando RTAF (Angkatan Udara Kerajaan Thai)
Komando Jihad
Komandan
Bendera Indonesia Letnan KolonelSintong PanjaitanImran bin Muhammad Zein
Kekuatan
35 komando Kopassus
20 komando RTAF
5 pembajak
Korban
1 komando tewas4 pembajak tewas (1 tewas dalam penerbangan kembali ke Jakarta)
Imran bin Muhammad Zein selaku otak peristiwa pembajakan pesawat DC-9 ini kemudian dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tahun 1981. Imran merupakan salah seorang yang terlibat dalam Peristiwa Cicendo bersama Maman KusmayadiSalman Hafidz, serta 11 orang lainnya. Maman dan Salman bernasib sama dengan Imran dan dieksekusi dalam hukuman mati.